Jumat, 12 Desember 2014

BOOK REVIEW

Judul : Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat
madani Indonesia
Pengarang : Hujair AH. Sanaky MS
Penerbit : Safiria Insani Press, Yogyakarta,
Oktober 2003
Tebal : v-xvi,1-337
BAGAIMANA STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM?
(REVIEW KARYA HUJAIR AH. SANAKY)

Diantara cita-cita bangsa Indonesia di era reformasi adalah ingin
membangun suatu masyarakat madani ala Indonesia yang disepadankan
dengan civil society, upaya untuk mewujudkan cita-cita tersebut
pendidikan Islam diasumsikan mempunyai peran strategi dengan
membangun sistem pendidikan yang mampu mengembang sumber
daya manusia berkualitas yang dilandasi dengan nilai-nilai illahiyah,
insyaniyah, masyarakat, lingkungan dan berbudaya. Berbagai strategi
yang harus ditempuh didalam pendidikan Islam, melalui Karya Hujair
AH. Sanaky ini akan ditemukan pokok-pokok pikiran pembaharuan
pendidikan Islam yang dapat mengantarkan dalam membangun
masyarakat madani Indonesia tersebut.
Adapun buku yang ditulis Hujair AH. Sanaky berjudul "Paradigma
Pendidikan Islam: membangun masyarakat madani Indonesia".
Buku ini semula adalah bagian tesis magisternya berjudul pembaharuan
Pendidikan Islam Menuju Masyarakat Madani Indonesia (Tinjauan
Sosiokultural Historis) yang ditempuh di Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta sedang bagian lainnya ditulis dalam bukunya yang berjudul
"Sejarah Sosial Pendidikan Islam: Pergulatan Dalam Hegemoni
Pemikiran". Kedua buku tersebut diterbitkan oleh penerbit Safiria
Insania Press.
Penulisan karya ini terdorong adanya rasa keprihatinan terhadap
kesiapan pendidikan Islam dalam menghadapi perubahan yang terjadi
di era reformasi menuju masyarakat madani Indonesia, dengan
memberikan berbagai gagasan baru, yang secara keseluruhan akan
diuraikan dalam buku ini dan terbagi dalam tiga bab.
Bab pertama mengungkapkan berbagai persoalan dan tantangan
yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia termasuk pendidikan
Islam untuk menuju masyarakat madani Indonesia, diantaranya
persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum, sumber daya serta
manajemen pendidikan islam, untuk itu pendidikan hendaknya
didasarkan pada paradigma-paradigma baru yang bertujuan untuk
membentuk suatu masyarakat madani yang demokratis, pendidikan
hendaknya bertolak dari pengembangan manusia yang berbudaya,
berperadaban, merdeka, bertaqwa, bermoral dan berakhlak, berpengetahuan
dan berketrampilan, inovatif dan kompetitif. Menurut
Hujair untuk menghadapi hal-hal tersebut diperlukan adanya pembaharuan
pemikiran pendidikan islam secara mendasar melalui lima
hal yaitu, pertama perlu pemikiran kembali konsep pendidikan islam
yang betul-betul didasarkan pada asumsi dasartentang manusia yaitu
fitrah. Kedua pendidikan islam harus menuju pada integritas antara
ilmu agama dan ilmu umum agar tidak melahirkan jurang pemisah
antara keduanya karena baik ilmu agama maupun ilmu umum berasal
dari Allah SWT. Ketiga pendidikan di desain menuju tercapainya sikap
dan perilaku toleransi. Keempat pendidikan Islam mampu menumbuhkan
etos kerja. Kelima pendidikan Islam perlu di desain untuk
mampu menjawab tantangan masyarakat menuju masyarakat
madani. (h. 3-10).
Bab kedua mengkaji konsep masyarakat madani. Pada bagian
ini Hujair melacak sejarah perkembangan masyarakat madani atau
civil society baik dari sisi etimologi, maupun dari sisi asal-usul konsep
masyarakat madani dengan mengemukakan pandangan pada ahli
barat, para pemikir muslim dan para pakar di Indonesia. Namun
demikian istilah masyarakat madani masih tetap diperdebatkan di
kalangan para ahli. Di Indonesia istilah masyarakat madani pada
umumnya disepadankan dengan masyarakat sipil (civil society).
Proses untuk mewujudkan masyarakat sipil paling tidak ada beberapa
persyaratan yang harus terpenuhi menurut Hujair adalah adanya
pemahaman yang sama (one standard), adanya keyakinan
(confidence) dan saling percaya (social trust), tentang apa dan
bagaimana karakteristik masyarakat madani, satu hati dan saling
tergantung, kesamaan pandangan tentang tujuan dan misi. Tentang
tujuan dan misi (h. 66-68).
Bab ketiga merupakan gagasan atau pemikiran pokok Hujair
tentang pembaharuan paradigma pendidikan Islam karena adanya
paradigma lama berupa dualisme pendidikan Islam (h. 96).
Pendidikan lebih cenderung pada sentralistik, kebijakan lebih
bersifat top down, orientasi pengembangan pendidikan lebih bersifat
parsial, peran pemerintah sangat dominan dalam kebijakan pendidikan.
Sedangkan paradigma baru orientasi pendidikan islam adanya
integrasi pendidikan, lebih cenderung pada desentralistik, kebijakan
pendidikan berisafat bottom up, orientasi pengembangan pendidikan
lebih bersifat holistic (115-116) sehingga kerangka acuan pemikiran
dalam penataan dan pengembangan sistem pendidikan menuju
masyarakat madani Indonesia harus mampu mengakomodasi berbagai
pandangan secara selektif sehingga terdapat keterpaduan dalam
226 BOOR Review
konsep yaitu: pendidikan harus membangun prinsip kesetaraan antara
sektor pendidikan dengan sektor-sektor lain, memelihara sumber
yang berpengaruh seperti keluarga, sekolah, pemberdayaan institusi
sosial, kemandirian, pendidikan yang cepat tanggap akan perubahan,
rekonstruksi, berorientasi pada peserta didik, pendidikan kultural,
prinsip global. (199)
Strategi perubahan dalam uraian berikutnya merupakan inti
dari pemikiran atau gagasan Hujair A.H Sanaky yaitu strategi pendidikan
islam dalam proses perubahan menuju masyarakat madani
Indonesia yaitu perlu dilakukanpe/tama reorientasi kerangka dasar
filosofis dan teoritis pendidikan yang mantap agar mempunyai arah
yang pasti tidak terombang ambing dan tidak akan meniru-niru sistem,
teori pendidikan lain, langkah awal yang harus dilakukan adalah
merumuskan kerangka dasar filosofis pendidikan yang sesuai dengan
ajaran Islam kemudian mengembangkan secara empiris prinsipprinsip
yang mendasari pelaksanaannya dalam konteks lingkungan
(sosial-kultural), (127-135) merumuskan misi dan visi pendidikan
harus didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam serta nilai-nitai budaya
atau didasarkan pada core belief dan core values, maka lembagalembaga
pendidikan Islam dituntut untuk menyusun misi dan visi
baik tingkat makro atau tingkat mikro serta kebijakan strategi pelaksanaannya.
Ketiga merumuskan strategi dasar pendidikan Islam yaitu
untuk pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan,
relevansi pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan serta efisiensi
pendidikan. Keempat reorientasi tujuan pendidikan, karena tujuan
pendidikan yang ada sekarang dirasakan tidak benar-benar diarahkan
kepada tujuan positif, tetapi tujuan pendidikan Islam hanya diorientasikan
pada kehidupan akhirat dan bersifat defensif. Upaya reorientasi
tujuan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan diharapkan lebih
bersifat problematis, strategis, antisipatif menyentuh aspek aplikasi,
menyentuh kebutuhan masyarakat dan pengguna lulusan artinya
pendidikan Islam harus membangun manusia dan masyarakat secara
utuh dan menyeluruh (insan kamil) dalam semua aspek kehidupan
(h. 153-157) Kefima reorientasi kurikulum pendidikan Islam, hendaknya
materi pendidikan dapat terakomodasi dalam kurikulum yang
menggambarkan standar kemampuan dasar yang dimiliki peserta
didikpada masing-masing jenjang pendidikan, desain kurikulum harus
tidak hanya mendasarkan pada potret masa kini saja tetapi harus
berorientasi masa depan (future oriental} mendesain kurikulum
dengan menawarkan berbagai program pendidikan, latihan dan
ketrampilan yang memiliki fleksibilitastinggi, diversifikasi keahlian,
adap table dengan kebutuhan peserta didik dengan tuntutan masyarakat
karena selama ini kurikulum bersifat sentralistik. Berkaitan
dengan kurikulum berbasis kompetensi maka desain program
kurikulum diharapkan dapat diorientasikan pada learning competency
yang mampu menghantarkan peserta didik untuk dapat memiliki,
lima kompetensi dasar, yaitu kompetensi Islamiyah, knowledge, skills,
Kependidikan Islam, Vol.1. No.2, Agustus 2003-Januari 2004 227
ability dan kompetensi sosio kultural. (174-188). Keenam reorientsi
metodologi pendidikan Islam, terlihat metodologi pendidikan Islam
saat ini masih sebatas pada sosialisasi kilas dengan pendekatan
hafalan, atas dasar ini proses belajar harus didasarkan pada prinsip
belajar siswa aktif (student active learning), mengembangkan kemampuan
belajar (learning ability) dengan mendasarkan pada
learning competency sehingga diharapkan dapat membangun tiga
pilar ketrampilan yaitu learning skills, thinking skills dan living skills
(h. 191-199). Ketujuh reorientasi manajemen dan sumber daya
pendidikan Islam Manajemen Pendidikan Islam selama ini pengaturannya
dengan sistem sentralisasi hampir seluruhnya ditetapkan oleh
pemerintah pusat secara sentralistik dan ketat sehingga pengelola
pendidikan kurang kreatif manajemen pendidikan menjadi kaku serta
kurang berkembang.
Solusi dari masalah manajemen pendidikan menurut Hujair AH
Sanaky dengan menawarkan perubahan manajemen pendidikan ke
arah, pertama desentralisasi pengelolaan pendidikan islam adanya
perubahan paradigma dari orientasi manajemen pemerintahan yang
sarwa negara (state driven} menjadi berorientasi ke pasar, perubahan
paradigma dari orientasi manajemen pemerintahan yang otoritarian
menjadi berorientasi pada demokrasi, perubahan paradigma dari
sentralisasi menjadi desentralisasi kewenangan, manajemen pemerintahan
yang cenderung dipengaruhi oleh tata aturan global menjadi
kebijakan dan aturan pemerintah harus mengakomodasi tata aturan
global. Kedua, manajemen berbasis sekolah, apakah pendidikan Islam
dapat menerapkan manajemen berbasis sekolah? Menurut Hujair AH
Sanaky karena pendidikan Islam sebagai sub sistem pendidikan
nasional maka harus menerapkan sistem ini meski ada beberapa
faktoryang perlu diperhatikan dalam penerapannya yaitu kewajiban
sekolah, kebijakan dan priotitas pemerintah, partisipasi masyarakat
dan orang tua, peranan profesionalisme dan manajerial serta
pengembangan profesi. Ketiga manajemen pendidikan tinggi adalah
menekankan kemandirian lebih besar dalam pengelolaan atau
otonomi, untuk dapat menyelenggarakan pengelolaan manajemen
perguruan tinggi Islam yang baik perlu memperhatikan kualitas,
otonomi, akuntabilitas (pertanggungjawaban), evaluasi dan akreditasi
(h. 207-225). Problematika juga ada pada sumber daya pendidikan
Islam, dengan rendahnya kualitas tenaga kependidikan padahal
dituntut memiliki sumber daya pendidikan yang berkualitas dan
profesional maka yang harus dilakukan oleh pendidikan Islam adalah
adanya program peningkatan kemampuar, sumber daya pendidikan
berupa training for trainers (h. 226-227).
Aktualisasi pendidikan Islam dalam masyarakat madani di
Indonesia, pada bagian ini Hujair AH Sanaky pembahasannya lebih
difokuskan pada empat hal, pertama upaya pendidikan Islam bagi
pemberdayaan manusia (proses humanisasi) dan masyarakat unggul.
Kedua upaya demokratisasi pendidikan Islam. Ketiga model-model
228 Boole Review
pendidikan Islam alternatif. Keempat peran pendidikan Islam dalam
masyarakat madani Indonesia (228-229). Pendidikan merupakan
proses humanisasi, merupakan proses yang terbuka dimana manusia
diberdayakan dan dioptimalkan potensi (fitrah) bawaannya maka
dibutuhkan konsep pendidikan yang dapat memberi gambaran yang
komprehensif dengan menekankan keharmonisan hubungan baik
sesama manusia, masyarakat maupun lingkugan yang didasarkan
pada nilai-nilai normatif illahiyah. Sedangkan manusia dan masyarakat
yang unggul dalam masyarakat madani adalah manusia dalam
menjalankan hidupnya merupakan pengabdian kepada Allah semata,
cara terbaik untuk mendapatkan prestasi dalam hidup adalah dengan
mempunyai ilmu dan memiliki etos kerja yang tinggi, serta berorientasi
ke masa depan (h.230-236)
Demokratisi pendidikan di dalam masyarakat madani adalah
bagaimana proses pendidikan Islam dapat menyiapkan peserta didik
agar terbiasa bebas berbicara dan mengeluarkan pendapat secara
bertanggung jawab dan turut bertanggung jawab, terbiasa mendengar
dengan baik dan menghargai pendapat dan pandangan orang lain,
menumbuhkan keberanian moral yang tinggi, dan mempelajari
kehidupan masyarakat (237-250)
Adapun model-model pendidikan Islam alternatif. Ada tiga
pendekatan yang ditawarkan sebagai pola alternatif pendidikan Islam
yaitu pendekatan sistematik (perubahan total), pendekatan suplementer
yaitu dengan menambah sejumlah paket pendidikan yang
bertujuan memperluas pemahaman, pendekatan komplementer yaitu
dengan upaya mengubah kurikulum dengan sedikit radikal untuk
disesuaikan secara terpadu sedangkan konsep pendidikannya adalah
pendidikan integralistik, humanistic, dan gerakan pada bendaya.
Kemudian bari ditarik model pendidikan sila yang lebih operasional
yaitu mendesain model pendidikan umum Islami, mendesain model
pendidikan Islam yang tetap mengkhususkan pada desain pendidikan
keagamaan, seperti yang ada sekarang, model pendidikan Islam yang
tidak dilaksanakan di sekolah-sekolah formal tetapi dilaksanakan di
luar sekolah, artinya pendidikan agama dilaksanakan di rumah atau
lingkungan keluarga, masjid, masyarakat (tempat kursus-kursus,
pengajian-pengajian an kajian-kajian keagamaan serta mendesain
model pendidikan diarahkan pada dua dimensi yaitu dimensi dialektika
(horisontal) dan dimensi ketundukan vertikal (254-267).
Bagaimana kontribusi dan peran pendidikan Islam dalam
masyarakat madani dijelaskan oleh Hujair AH Sanaky dimaksudkan
agar pendidikan Islam mempersiapkan dan mampu menghasilkan
out put pendidikan yang unggul, maka lembaga-lembaga pendidikan
Islam harus mampu melakukan pembenahan dan pembaharuan
dengan cara: pertama program lembaga-lembaga pendidikan Islam
lebih diorentasikan kepada penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pengembangan keterampilan dengan meningkatkan
kemampuan untuk menggunakan berbagai teknologi elektronik,
KepenJidiUan Islam, Vol.1. No.2, Agustua 2003-Januari 2004 229
kedua lembaga-lembaga pendidikan Islam harus mampu mengembangkan
atau melakukan detersivikasi program-program bidang studi
yang sesuai dengan kebutuhan tenaga dibidang-bidang tertentu atau
sesuai dengan kebutuhan masyarakatdari pengguna jasa pendidikan,
ketiga pengembangan kurikulum dan silabi relevan dengan kompetensi
yang ingin dicapai mencakup spiritualillahiyah, knowledge, skill,
ability dan kultural-sosial yang diarahkan pada kebutuhan pasar,
/cee/npatdiperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, manajemen
dan organisasi yang efektif, sumber dana yang memadai dan
efisien dengan memanfaatkan sarana yang tersedia. Sehingga
eksistensi pendidikan Islam diharapkan mampu berkomunikasi dan
berkompetisi dengan berbagai lembaga pendidikan lainnya dalam
membangun manusia yang utuh (insan kamil) menuju masyarakat
madani.
Bab keempat merupakan penutup berisi kesimpulan dan kata
penutup, pada bagian ini Hujair AH Sanaky menjelaskan bahwa untuk
membangun suatu masyarakat diperlukan berbagai terobosan dalam
penyusunan konsep, tindakan-tindakan dan paradigma-paradigma
baru dalam menghadapi berbagai tantangan. Pendidikan Islam perlu
melakukan perubahan pada aspek filosofis, visi, misi, tujuan,
kurikulum, metodologi dan manajemen pendidikan Islam untuk
menuju masyarakat madani Indonesia.
Buku ini memiliki kontribusi dibidang pemikiran pendidikan Islam
terutama pembaharuan paradigma pendidikan Islam dalam wacana
masyarakat madani Indonesia atau civil society, sehingga buku ini
menarik untuk dibaca, karena dalam buku ini mencakup penjelasan
tentang akarsejarah masyarakat madani Indonesia serta membawa
para pembaca untuk menelusuri peran strategis pendidikan Islam
dalam mensosialisasikan dan mewujudkan cita-cita masyarakat
madani Indonesia dengan berbagai reorientasi seluruh aspek
pendidikan Islam.
Meskipun buku ini hanya terdiri dari empat bab namun tidak
mengurangi nilai penting karya ini dan kontribusi signifikan pemikiran
Hujair dalam pembaharuan paradigma pendidikan Islam yang
hendaknya ditindaklanjuti oleh para pemerhati pendidikan dalam
bentuk praktik pendidikan Islam. Sebagaimana karya-karya lain,
karya ini terbuka terhadap kritik dan saran para ahli dibidang
pemikiran pendidikan Islam.
23O BOOR Review

0 komentar:

Posting Komentar